Setting waktu novel ini tidak dijelaskan dengan pasti. Salah satunya sibuk berpikir : Jika kita buang air besar di hulu Kapuas, kira-kira butuh berapa hari kotoran itu akan tiba di muara sungai, melintas di depan rumah papan kami? Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Dan saat bagian selanjutnya sudah tidak menceritakan amplop merah tersebut, saya kira ya sudah, kisah si amplop merah itu sendiri ya sudah tidak ada lanjutannya. Pengarang menyebut opelet untuk transportasi darat di Pontianak dan angkot untuk sebutan di Surabaya, dan aku tahu pasti sebutan yang terakhir juga tidak salah.
nest...